KUANSING

0

Pariwisata dan Budaya Tradisi kuansing

Wisata Alam

  • Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban di Lubuk Jambi
  • Air Terjun Guruh Gemurai Desa Kasang Kuantan Mudik
  • Wisata Alam Bukit Cokiak di Muara Lembu
  • Panorama Bukit Cokiak
  • Danau Kari Koto Kari
  • Dam Teso di Benai
  • Air Terjun Delapan Tingkat (Lembah Gemuruh) di Pulau Padang


“Air Terjun Tujuh Tingkat Batang Koban” Lubuk Ambacang terletak di Kecamatan Hulu Kuantan 37 Km dari Teluk Kuantan. Ketika berada di Lubuk Jambi ibukota Kecamatan Kuantan Mudik (22 Km dari Teluk Kuantan) bus anda akan bergerak menuju arah Kiliran Jao dan selepas Kota Lubuk Jambi bertemu dengan persimpangan satu simpang ke kiri arah Kiliran Jao, disitulah tadi letaknya Terjun Guruh. Jika dari simpang selepas Lubuk Jambi, bus kita akan bergerak ke kanan terus sampai sejauh 11 Km akan sampai ke Kota Lubuk Ambacang Ibukota Kecamatan Hulu Kuantan. Dengan menaiki sampan bermesin (pompong) sejauh 4 Km anda akan melaluinya dengan kenyamanan arus sungai kadangkala tenang dan sunyi kadangkala ribut dengan gelombang arung jeramnya dilengkapi dengan pemandangan alam dan bukit-bukit yang terjal dengan hutan lindungnya yang masih asli. Dalam perjalanan kita dapat menyaksikan binatang kera, berbagai jenis burung dan binatang lainnya seakan menyapa bagi pengunjungnya. Akhirnya sampailah ke lokasi Air Terjun “Tujuh Tingkat Batang koban”. Tujuh Tingkat maksudnya terdapat tujuh buah air terjun yang bertingkat, akhirnya sampai ke dasar sungai dan terus mengalir ke Sungai Kuantan yang mengairi sebagian besar daerah Kuantan Singingi.

Air Terjun Guruh Gemurai terletak sekitar 25 Km dari Teluk Kuantan. Nama Guruh Gemurai diambil dari bahasa daerah setempat, dimana Guruh berarti Gemuruh (bunyi air terjun dimaksud), sedangkan Gemurai adalah percikan air yang berserakan. Jadi air terjun Guruh Gemurai berarti air terjun yang bunyi percikannya (curahannya) bergemuruh. Anda berada di Ibukota Kabupaten Kuantan Singingi yakni Teluk Kuantan dengan bus menuju arah Kiliran Jao Sumbar akan melalui Kota Lubuk Jambi, Ibukota Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, namun sebelumnya yakni 3 Km sebelum Lubuk Jambi (19 Km) dari Teluk Kuantan, anda dapat menikmati keindahan Danau “Kebun Nopi” tidak ada duanya di Kuantan Singingi. Anda berada di Lubuk Jambi Ibukota Kecamatan Kuantan Mudik masih Kabupaten Kuantan Singingi, 3 Km arah Kiliran Jao Sumbar, anda memulai perjalanan yang mendaki sesekali melalui jalan yang berbelok-belok dengan panorama alam yang terkenal bagian dari Bukit Barisan, sampailah anda ditengah-tengah pendakian yang berbukit-bukit and lurah, disanalah terdapat air terjun Guruh Gemurai, tepatnya di desa Kasang.

Air Panas Alam diseberang Sungai Pinang, Kecamatan Kuantan Mudik, 33 Km dari Teluk Kuantan. Dari Teluk Kuantan arah Kiliran Jao yakni 500 m sebelum sampai di Kota Lubuk Jambi, anda akan menjumpai simpang jalan ke arah kanan dan terus melanjutkan perjalanan 11 Km akan sampai ke satu tempat bersejarah yang konon sejak nenek moyang sudah dikunjungi beramai-ramai oleh masyarakat dalam dan luar Kuantan Singingi untuk berobat penyakit kulit, reumatik dan lain-lain. Itulah ‘Air Panas Alam’ yang keluar dari perut bumi atas Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Dari persimpangan jalan anda melalui beberapa desa yakni Pulau Binjai, Pabaun, Siak dan sampailah ke lokasi dimaksud.

Desa Wisata’ Kabupaten Kuantan Singingi, 3 Km dari Teluk Kuantan. Dari Ibukota Kabupaten Kuantan Singingi dimaksud, dengan menggunakan bus menuju ke timur yakni arah ke Rengat ibukota Kabupaten Indragiri Hulu sejauh 3 Km sampailah di desa Koto Sentajo yang ditetapkan sebagai ‘Desa Wisata’. Di desa ini dapat kita saksikan peninggalan sejarah atau adat nenek moyang berupa rumah adat dengan bagunan asli dengan motif khusus. Masyarakat di desa tersebut masih kental dengan adat kebiasaan yang diterima dari nenek moyang leluhurnya. Walaupun kehidupan masyarakat sudah jauh meninggalkan kebiasaan lama itu, namun ada hal-hal tertentu yang tidak mau ditinggalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di belakang desa wisata ini masih terdapat hutan yang asli, yang sampai sekarang masih dilarang untuk merusaknya, dan ini telah ditetapkan sebagai hutan lindung seluas 5000 Ha.

Danau Mesjid terletak 3 Km dari Teluk Kuantan. Dari Teluk Kuantan dapat ditempuh dengan bus menuju ke barat ke arah jalan Lubuk Jambi Kiliran Jao, dengan hitungan menit saja sampailah kita di simpang, belok ke kiri jalan ke ‘Danau Mesjid’ sejauh 300m dari simpang jalan raya. Disana anda dapat menikmati keindahan Danau Mesjid dengan sampan dayung serta fasilitas lainnya.

Air Terjun Delapan tingkat yang terletak kurang lebih 5 Km dati desa pulau padang yang mengarah ke jalan lintas pulau padang - pangkalan indarung, yang akan segera dibuat track hikingnya, dan yang lebih eksotiknya lagi 500 meter dari air terjun tersebut kita sudah dapat merasakan hawa sejuk yang cukup menghilangkan kepenatan para wisatawan lokal dari luar daerah yang melakukan perjalanan cukup lama dari tempat asal.

Wisata Petualangan

  • Tambang Emas di Logas.
  • Berakit di Sungai Singingi.
  • Berakit di Pangkalan Indarung
  • Hutan Lindung Bukit Bungkuk dan Bukit Baling di Singingi.
  • Gua Bunian di Bukit Kanua.
  • Hiking dan Tracking di Bukit Batabuah.
  • Air terjun Tujuh Tingkat (Lembah Gemuruh) di Pulau Padang

Wisata Peninggalan Budaya dan Sejarah

  • Rumah Tradisional Tua Koto Rajo
  • Kompleks Candi Sangan

Pacu Jalur

Pacu Jalur merupakan festival terbesar untuk masyarakat yang berada di sepanjang sungai Kuantan – setiap setahun sekali, untuk merayakan hari Kemerdekaan Indonesia. Pacu Jalur adalah perlombaan mendayung ‘kano’ – yaitu semacam sampan yang terbuat dari kayu pohon sepanjang 25-40 meter, yang didayung oleh 50-60 orang. Sebelum acara dimulai, diadakan acara berupa tarian dan nyanyian untuk menghibur seluruh peserta dan masyarakat yang berada di Taluk Kuantan.

Perahu Baganduang

Atraksi budaya dan perayaan masyarakat Kuantan ditandai dengan parade sampan tradisional yang dihiasi dengan berbagai ornamen dan warna - warna yang menarik. Randai

Randai Kuantan adalah sandi antara dengan seni bela diri dengan tarian yang diiringi musik tradisional. Biasanya pertunjukkan ini berlangsung semalaman dan menceritakan tentang legenda di daerah tersebut.

Upacara Tradisonal / Kerajinan Seni

Ada beberapa kerajinan yang dapat di jadikan buah tangan, seperti pahatan, tekat, suji,dan lainnya. Selain itu juga terdapat beberapa upacara tradisional, seperti :

  • Upacara pernikahan.
  • Upacara Belian atau Bulian.
  • Upacara sesajian.
  • Pengobatan tradisional.

Potensi Daerah

Agrikultur, Hasil Panen, dan Holtikultura

Sektor agrikultur masih memegang peranan penting sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat Kuantan Singingi. Lahan untuk padi seluas 10.237 ha pada tahun 2001, dengan hasil produksi 41.312,16 ton. Sebagai tambahan, Kabupaten Kuantan Singingi juga memproduksi berbagai komoditas seperti jeruk, rambutan, mangga, duku, durian, nangka, papaya, pisang, cabai, terung, timun, kol,dan tomat.

Perkebunan

Ada beberapa hasil penting yang ada di daerah Kuantan Singingi, seperti karet, kelapa, minyak sawit, coklat, dan berbagai tanaman lainnya.

Hewan Ternak

Beberapa hewan ternak yang dipelihara antara lain :

  • Sapi : 17.368 ekor
  • Kerbau : 17.132 ekor
  • Ayam : 200.061 ekor
  • Bebek : 27.442 ekor

Kehutanan

Sumber potensial di sector kehutanan antara lain :

  • Produksi hutan terbatas : 316.700 ha.
  • Hutan konversi : 450.00 ha.
  • Hutan lindung : 28.000 ha.
  • Hutan margasatwa : 136.000 ha.

Pertambangan

Kabupaten Kuantan Singingi memiliki potensial yang besar di sektor pertambangan dan energi, yang termasuk kepada komoditas batu gamping, suntan, batu bara, gas alam, pasir sungai, emas, dan kaolin.

Industri

Beberapa bidang industri yang memiliki potensi ekonomi yaitu :

  • Industri minyak sawit.
  • Industri lempengan karet.
  • Industri perabotan.
  • Industri pengolahan makanan tradisional.
  • Industri rumah tangga.

Beberapa Bidang yang Potensial untuk Investasi

  1. Pembangkit listrik dengan kapasitas kecil.
  2. Pengembangan kesuburan tanaman.
  3. Pengolahan air bersih.
  4. Pengembangan infrastruktur transportasi.

JALAN berlubang, bergelombang, berkelok-kelok membelah bukit akan dijumpai saat memasuki wilayah Kuantan Singingi dari Kota Pekanbaru. Sesekali akan berpapasan dengan bus kecil jurusan Kiliranjao-Solok melewati wilayah ini dan truk-truk besar dengan muatan kayu bulat. Setelah melewati kecamatan Singingi dan Singingi Hilir, beberapa saat kemudian sampai di kota Teluk Kuantan.

Perkembangan dari hari kehari sudah mulai terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi. Pembangunan Infrastruktur terjadi di setiap kabupaten. Diantaranya pembangunan dan Perbaikan Jalan raya dan jalan desa hampir di setiap desa, serta Pembangunan sarana transportasi lainnya seperti jembatan. Pembangunan Irigasi untuk kebutuhan cocok tanam yang merupakan sumber dari kehidupan sehari-hari masyarakat Kuantan Singingi (Kuansing).

Namun lahan tidur masih banyak dijumpai di setiap hamparan pedesaan di Kabupaten ini. hal ini di ungkapkan salah satu warga kuansing "Kami bukanlah malas nak ngolah tanah ni, tapi dana yang kami miliki tidak mencukupi. Bapak kan tau sendiri, nak bikin kebun gotah, atau sawit, parolu dana banyak. mulai dari pagar sampai ke pupuk dan bibit, pemerintah kurang memahami hal itu, kalau ado tapi jarang nan sampai ke masyarakat, apo lai masyarakat nan jauah dan ndak tau menau macam kami ko". Ungkap seorang warga di Kuantan Singingi.

Begitulah gambaran ibu kota kabupaten yang beberapa tahun lalu dimekarkan dari Indragiri Hulu. Kabupaten yang berasal dari Kerajaan Kuantan ini, memperoleh potensi sumber daya alam, hutan, dan mineral dari kabupaten induknya. Bersama tiga kabupaten pemekaran lainnya (Pelalawan, Rokan Hulu, dan Rokan Hilir), mengandalkan sektor pertanian sebagai ujung tombak perekonomian. Tahun 2001 memberikan kontribusi Rp 651 miliar.

Sumber daya hutan merupakan potensi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Luas areal hutan diperkirakan 40 persen dari luas wilayah keseluruhan. Produksi kayu bulat tahun 2001, sekitar 1,5 juta meter kubik dan memberikan kontribusi Rp 92 miliar atau 14 persen dari total kegiatan pertanian. Sekitar 60 persen areal hutan milik PT Riau Andalan Pulp and Paper di Pelalawan dan seluruh hasilnya diolah di sana. Selain itu, 27 persen luas kawasan hutan produksi terbatas beralih fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.

Sumber daya alam perkebunan juga patut diperhitungkan. Usaha yang turun-temurun ditekuni masyarakat ini menyerap tenaga kerja 29 persen. Didukung pula oleh 279.177 hektar lahan perkebunan yang dikelola masyarakat dan swasta membawa perkebunan sebagai kontributor terbesar pertanian. Tahun 2001 menyumbang Rp 328 miliar.

Komoditas yang dihasilkan adalah karet, kelapa sawit, kelapa hibrida, kelapa dalam, kakao, kopi, pinang, enau, cengkeh, lada, kemiri, kayu manis, kapuk, jahe, dan gambir. Tetapi yang diusahakan secara massal, karet dan kelapa sawit.

Karet merupakan komoditas andalan perkebunan dan menunjang perekonomian masyarakat sejak dulu. Hampir 90 persen areal perkebunan karet dikelola dengan pola swadaya oleh masyarakat. Luas areal pada tahun 2002 mencapai 133.782 hektar dan ditanam merata di seluruh kecamatan. Areal perkebunan karet yang mendominasi areal perkebunan di Kuantan Singingi, tidak diimbangi produksi yang 74.584 ton turun 56 persen dari produksi tahun 2001. Penurunan produksi getah karet lebih disebabkan faktor sumber daya manusia yang tidak memelihara tanaman secara intensif.

Tidak adanya industri pengolahan karet menjadi kendala kemajuan perkebunan karet, selain penurunan produksi. Setelah disadap, getah diolah menjadi getah beku (ojol) secara tradisional oleh masyarakat. Selanjutnya diproses di Pekanbaru dan diekspor ke luar negeri.

Sebenarnya potensi karet sudah dilirik investor Korea. Mereka tertarik berinvestasi di kabupaten yang dilintasi Sungai Kuantan dan Singingi ini dengan mengembangkan perkebunan dan industri pengolahan karet. Harapan itu sirna karena kendala transportasi. Jarak antara Kuantan Singingi dan pelabuhan terdekat, yaitu Dumai, cukup jauh, 220 kilometer. Adapun Pelabuhan Kuala Enok di Indragiri Hilir yang lebih dekat, belum selesai dibangun.

Bertani karet sering dianggap tidak menguntungkan oleh masyarakat karena petani hanya bisa menyadap karet tergantung cuaca. Di beberapa tempat, lahan kebun karet terbakar habis dan mulai ditanami bibit kelapa sawit. Meski tahun 2002 luas areal kelapa sawit 121.744 hektar tidak seluas karet, tetapi produksinya cukup melimpah. Tahun 2002 dalam bentuk tandan buah segar 977.032 ton. Berbeda dengan karet, pengelolaan didominasi perkebunan besar swasta 109.868 hektar dan swadaya murni masyarakat 12.088 hektar.

Industri yang mengolah produksi kelapa sawit pun sudah ada di Kecamatan Kuantan Mudik, Singingi, dan Singingi Hilir. Tercatat delapan perusahaan yang mengolah menjadi minyak sawit mentah (crude palm oil). Hampir 100 persen produksinya diperdagangkan ke luar negeri melalui Pelabuhan Dumai.

Otomatis, industri pengolahan belum dapat diandalkan sebagai urat nadi perekonomian. Tahun 2001 hanya memberikan kontribusi Rp 59 miliar. Industri kecil 97 unit usaha dan 92 persen didominasi industri perabot rumah tangga dan bahan bangunan dari kayu. Bahan baku diambil dari hutan di wilayah Kuantan. Juga berpotensi dari kayu karet dan kelapa yang sudah tua dan rusak.

Masih ada satu potensi terpendam yang membuat kabupaten ini terkenal di dunia internasional. Tradisi pacu jalur yang diadakan sekali setahun pada peringatan perayaan hari kemerdekaan Indonesia menjadikan kota Teluk Kuantan sebagai tujuan wisata nasional. Perlombaan perahu panjang yang berisi lebih kurang 60 orang di Sungai Kuantan ini biasanya diikuti masyarakat setempat, kabupaten tetangga, bahkan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. Pacu Jalur yang diadakan tahun ini merupakan peringatan satu abad pacu jalur dan merupakan momen yang tepat untuk mempromosikan aset dan potensi daerah.

Pacu Jalur, Tradisi Unik dari Kuantan Singingi

Sekilas Liputan Pacu Jalur Di Telukkuantan

SIANG itu udara di sekitar Batang (Sungai) Kuantan terasa panas ketika Raja Kinantan dari Desa Gunung Toar melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan lawannya, Kibasan Nago Liar, asal Desa Lubuk Terentang, Kecamatan Gunung Toar, Kuantan Singingi, Riau.

IRAMA kayuhan dayung sekitar 50 pemuda berseragam serba putih mengantarkan Raja Kinantan sebagai pemenang, setelah mencapai garis finis pada pancang penghalang keenam lebih dahulu dibandingkan rival satu kecamatannya itu dalam kemeriahan pesta Seabad Tradisi Pacu Jalur Kuantan Singingi.

Raja Kinantan dan sekitar 134 nama lainnya itu adalah nama-nama kebanggaan warga dari berbagai desa di Kabupaten Kuantan Singingi untuk menyebut perahu-perahu panjang buatan mereka sendiri yang dikenal dengan nama jalur. Kebanggaan warga desa terhadap jalur ciptaan mereka itu disimbolkan dalam nama-nama yang tertera di lambung perahu berbentuk pipih panjang itu, seperti Keramat Sati Panggogar Alam, Tuah di Kampuang Godang di Rantau, atau Ratu Dewa.

Secara fisik, jalur-jalur tersebut memang tercipta sebagai hasil karya manusia yang luar biasa karena dibuat dari sebatang pohon kayu tanpa sambungan sama sekali, dan umumnya terbentuk menjadi perahu pipih sepanjang 25-27 meter dengan lebar sekitar 1,5 meter. Ukiran yang memenuhi bagian lambung dan selembayung di buritan menampakkan keindahan yang tercipta melalui proses tradisi yang sudah berlangsung lama, yakni sejak abad ke-17.

Keindahan ukiran kayu itu merupakan bagian kecil dari perwujudan sebuah jalur yang ternyata memiliki nilai-nilai tradisi tinggi, terutama pada nilai kreativitas dan imajinasi warga desa yang menciptakannya.

"Tanpa kebersamaan dan kerja sama, tidak akan pernah ada sebuah jalur pun di sini. Sampai dengan saat perlombaan pacu jalur pun, kerja sama itu tetap diperlukan, karena bukan hal yang mudah untuk mengatur 40 hingga 60 pendayung dalam satu jalur itu," kata Kepala Dinas Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata Kuantan Singingi Darwin Yohanis.

DI awal abad ke-17, jalur merupakan alat transportasi utama warga desa di Rantau Kuantan, yakni daerah di sepanjang Sungai Kuantan yang terletak antara Kecamatan Hulu Kuantan di bagian hulu hingga Kecamatan Cerenti di hilir. Saat itu memang belum berkembang transportasi darat. Akibatnya jalur itu benar-benar digunakan sebagai alat angkut penting bagi warga desa, terutama digunakan sebagai alat angkut hasil bumi, seperti pisang dan tebu, serta berfungsi untuk mengangkut sekitar 40 orang.

Kemudian muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya, ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri). Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu.

Baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antarjalur yang hingga saat ini dikenal dengan nama pacu jalur. Pada awalnya, pacu jalur diselenggarakan di kampung- kampung di sepanjang Sungai Kuantan untuk memperingati hari besar Islam, seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, atau Tahun Baru 1 Muharam.

Saat itu, karena berangkat dari kemeriahan antarkampung yang sangat sederhana, maka untuk para juara lomba tidak ada hadiah yang diperebutkan, yang ada adalah acara makan bersama warga sekampung dengan menu makanan tradisional setempat, seperti konji, godok, lopek, paniaran, lida kambiang, dan buah golek. Tetapi, di beberapa kampung ada juga yang menyediakan hadiah berupa marewa (bendera kain berwarna-warni berbentuk segi tiga dengan renda di bagian tepinya), yang diberikan untuk juara satu hingga empat dengan perbedaan pada ukuran kainnya.

Kesederhanaan hadiah itu tetap dipertahankan hingga penyelenggaraan pacu jalur saat ini, hanya saja bentuknya yang berbeda, yakni hadiah hewan ternak berupa sapi, kerbau, atau kambing. Untuk perayaan Seabad Pacu Jalur Kuantan Singingi 23-26 Agustus lalu, panitia menyediakan hadiah dua kerbau ditambah satu sapi dan sedikit uang sumbangan bagi juara pertama.

"Kami masih tetap mempertahankan sifat tradisional pacu jalur ini, sehingga hadiah untuk juara pertama hingga ke delapan kami berikan berupa hewan ternak. Hadiah utama diberikan kepada juara satu hingga empat, sementara sisanya adalah juara harapan. Sengaja dihitung hingga juara keempat, sebab sejak dulu memang seperti itu," kata Darwin Yohanis.

KEGIATAN pacu jalur merupakan kegiatan yang sangat disukai masyarakat Kuantan Singingi dan warga daerah lainnya di Provinsi Riau. Bupati Kuantan Singingi Asrul Jaafar menyebutnya sebagai sebuah pesta rakyat, yang pada pelaksanaannya memang digelar oleh warga di setiap kampung dan dinikmati juga oleh rakyat dari seluruh kampung yang ada di kabupaten itu.

"Tidak perlu promosi yang berlebihan untuk kegiatan ini, sebab dalam setiap penyelenggaraannya, pacu jalur selalu ramai dihadiri warga, dan itu cukup untuk membuktikan bahwa acara ini merupakan sebuah pesta rakyat," kata Asrul.

Sifat pacu jalur yang benar-benar merakyat itu diakui oleh Belanda ketika mereka mulai memasuki kawasan Rantau Kuantan, tepatnya di kawasan yang sekarang menjadi Kota Teluk Kuantan, sekitar tahun 1905.

Mereka memanfaatkan acara pacu jalur itu untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Ratu Wilhelmina yang jatuh pada setiap 31 Agustus, dan akibatnya tidak lagi dirayakan pada hari-hari raya umat Islam. Penduduk Teluk Kuantan malah menganggap setiap perayaan HUT Ratu Wilhelmina itu sebagai datangnya tahun baru. Karena itu, hingga saat ini masih ada yang menyebut kegiatan pacu jalur tersebut sebagai tambaru.

Meskipun sempat terhenti selama masa penjajahan Jepang, keramaian pesta rakyat pacu jalur itu masih dapat dinikmati hingga saat ini. Bahkan, Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi menetapkan tradisi tersebut sebagai tradisi yang sudah berusia genap satu abad pada Agustus 2003.

"Meskipun sejak abad ke-17 sudah dikenal adanya jalur sebagai alat transportasi vital di Rantau Kuantan ini, namun kegiatan pacu jalurnya sendiri baru diakomodir dan mulai menyediakan hadiah bagi para pemenangnya baru pada tahun 1903. Karena itu, kami menetapkan bahwa tradisi itu sudah mencapai usia satu abad tepat pada Agustus tahun ini," kata Darwin Yohanis.

Tidak kurang Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika sudah dua kali membuka acara pacu jalur tersebut dalam dua tahun terakhir ini. Dia juga tidak menolak keinginan Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi untuk mengagendakan kegiatan pacu jalur dalam Kalender Wisata Nasional, bahkan dijual untuk pariwisata internasional.

"Yang jelas biarkan pacu jalur ini tetap dengan kemeriahannya sebagai sebuah pesta rakyat, tidak perlu berlebihan, sehingga nilai-nilai tradisinya yang tinggi masih tetap ada. Jika sudah demikian, kegiatan ini akan selalu menarik untuk dimasukkan dalam agenda pariwisata nasional, bahkan internasional sekalipun.

Posting Komentar

0Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*