THE ABBASID EMPIRES

1

THE ABBASID EMPIRES

  1. Latar Belakang

Kemajuan zaman bukan berarti bahwa umat islam harus menutup diri darinya. Malah sebaliknya, umat islam dituntut untuk mengikuti kemajuan zaman ini. Semakin pesat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya mamapu diimbanngi pula dengan kemajuan iman dan takwa umat islam itu sendiri. Kemajuan iptek harus diimbangi dengan kemanjuan imtak.

  1. Rumusan masalah

Oleh dengan adanya hal tersebut maka kami mencoba merangkai dan membuat makalah yang berjudulTHE ABBASID EMPIRESini. Semoga dengan adanya makalah ini wawasan kita bisa bertambah dan lebih luas tentang perkembangan islam dan dunia teknologi pada zaman sekarang ini.

Didalam makalah ini kami hanya membahas beberapa poin saja yang merujuk pada judul diatas dan untuk lebih jelasnya marilah kita membahasnya secara bersama-sama.


PEMBAHASAN

A.BERDIRINYA DINASTY ABBASIYAH

1. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah

Daulah Abbasiyah adalah dinasti atau pemerintahan yang namanya dinisbahkan kepada Al Abbas, paman Nabi Muhammad Saw. Namanya Al Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf.

Jika dilihat dari konteks sosio-historis, ada beberapa faktor pendukung yang melatar belakangi berdirinya Dinasty Abbasiyah, diantaranya:

1) Meningkatnya kekecewaan kaum mawali terhadap penguasa Bani Umayyah

2) Adanya kekecewaan dari kaum agamawan terhadap pemerintah Bani Umayyah (hal ini karena perhatian penguasa terhadap pengembangan agama sangat kurang)

3) Adanya keinginan masyarakat untuk memperoleh pemimpin kharismatik yang dapat menyelamatkan kehidupan masyarakat

4) Kebencian Alawiyyin terhadap Bani Umayyah karena tindakan diluar batas, yakni:

· Mewajibkan para khatib Jumat untuk menghina, mencaci, dan melaknat Ali bin Abi Thalib;

· Membunuh para pemimpin Alawiyyin (diantaranya Husein bin Ali bin Abi Thali, Yahya bin Zaid, dan Abu Hasyim bin Muhammad bin Al Hanifah);

· Mengkhianati perjanjian Madain (perjanjian antara Muawiyah dan Husein bin Ali)

5) Pemerintahan Khalifah Umar BIN Abdul Aziz yang adil dan damai

Khalifah-khalifah bani Umayyah –selain Umar bin Abdul Aziz- sangat keras menekan dan membatasi gerakan-gerakan kaum Alawiyyin.

6) Perpecahan suku-suku bangsa

2. Silsilah Bani Abbasiyah

Abdul Manaf

Hasyim

Abdul Muthalib

Abdullah Abbas Abu Thalib

Muhammad Saw Abdullah Ali bAbi Thalib

Ali

Muhammad

Ibrahim Al Imam 1. Abu Abbas 2. Abu Ja’far Al Mansur

(132-136 H = 750-754 M) (136-158 H = 754-775 M)

3. Al Mahdi

(158-169 H = 775-785 M)

4. Musa Al Hadi 5. Harun ArRasyid

(169-170 H = 785-786 M) (170-193 H = 786-809 M)

6. Al Amin 7. Al Makmum 8. Al Mu’tasim

(193-198 H = 809-813 M) (198-218 H = 813-833 M) (218-227 H = 833-842 M)

9. Al Watsiq

(227-232 H = 842-847 M)

*Setelah Al Watsiq masih ada 28 khalifah yang memerintah

3. Lahirnya Dinasti Abbasiyah

Istilah Abbasiyah dan alawiyah belum muncul dan dikenal hingga tahun 132 H. Yang ada hanyalah istilah yang lebih umum, yaitu Bani Hasyim atau Ahlu Bait.

Daulah Abbasiyah berdiri kurang lebih selama lima abad. Khalifah pertamanya adalah Abu Abbas. Ia lahir pada tahun 104 H di Hamimah, ibunya bernama Rabthah binti Ubaidillah Al Hrisi. Beliau dilantik sebagai khalifah pada tanggal tiga Rabiul Awal 132 di Kufah.

Adapun pendiri Bani Abbas ialah:

  1. Ibrahim Al Imam, pembangun yang memperkokoh keluarge Bani Abbas. Namun, Ia meninggal terbunuh sebelum Bani Abbas diproklamirkan kedaulatannya.
  2. Abu abbas, orang yang pertama kali diangkat sebagai khalifah dan yamg memprolamirkan berdirinyaDaulah Abbasiyah. Ia digelari Assafah yang artinya pengancam, karena beliau seorang yang pemberani dan mampu menghadapi golongan pemberontak.
  3. Abu Ja’far Al Mansur, seorang khalifah yang memperkuat berdirinya Bani Abbasiyah

Menurut para ahli sejarah, Daulah Abbasiyah di bagi menjadi empat periode, yaitu:

a. Abbasiyah I, sejak berdirinya hingga kekhalifahan Mutawakkil (132-232 H/ 750-847 M)

b. Abbasiyah II, sejak khalifah Mutawakkil hingga berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad (232-334 H/ 847-946 M)

c. Abbasiyah III, sejak 334-464 H/946-1075 M

d. Abbasiyah IV, sejak 464-656 H/ 1075-1261 M

B.MASA KEEMASAN DINASTI ABBASIYAH

Diantara khalifah Daulah Abbasiyah yang sangat besar jasanya dalam pengembangan pemerintahan, diantaranya:

* Abu Ja’far Al Mansur (136-158 H/ 754-775 M)

Abu Ja’far dinobatkan menggantikan saudaranya Abu Abbas Assafah. Dia dianggap sebagai pendiri dan pembangun yang hakiki bagi Daulah Abbasiyah karena dialah yang membuat dan membentangkan peraturan dan siasat daulat itu.

Adapun kebijaksanaan yang dilakukannya pada dasarnya dapat disimpulkan dalam tiga bidang, yaitu:

a) Pengaturan dan penertiban pemerintah

Menyusun dan menertibkan administrasi pemerintahan, yang diatur dengan jelas mengenai tanggung jawab, dan kerjasama para aparat, pemerintahan.

b) Pembinaan keamanan dan stabilitas dalam negeri

Pada masa kepemerintahannya terjadi gejolak perselisihan dengan beberapa golongan, yaitu:

· Kelompok Abdullah bin Ali

· Abu Muslim Al Khurasani

· Kaum Alawiyah

c) Pembinaan politik luar negeri

Tindakan Al Mansur dalam politik luar negeri, diantaranya:

· Serangan ke Byzantium

· Penaklukan ke Afrika

· Membuat perjanjian kerjasama dengan Raja Pepyin, raja bangsa Frank dalam menghadapi Abdurrahman yang berhasil mendirikan ker4ajaan Bani Umayyah di Andalusia (138 H/ 757 M)

* Harun Ar Rasyid (170-193 H/ 786-809 M)

Harun Ar Rasyid lahir di Ray pada tahun 145 H, ayahnya bernama Al Mahdi dan ibunya bernama Khaizuran.

Harun Ar Rasyid resmi di angkat menjadi khalifah pada tahun 170 H. Masa kekhalifahannya ini merupakan puncak kegemilangan pemerintahan Abbasiyah.

Kemajuan yang dicapai selam kekhalifahannya, antara lain:

1. pembangunan fisik yang sangat pesat:

· Bangunan-bangunan didirikan berdekatan

· Banyak mahligai dengan tanam-tanamannya yang indah serta perabot rumah tangga yang mahal

· Istana Khuldi dikelilingi taman-taman yang subur, terdapat banyak kebun yang luas

· Dibangun terusan anak-anak sungai

· Banyak berdiri vila-vila

· Berdirinya pabrik-pabrik

· Didirikannya gedung-gedung perguruan

· Didirikannya Baitul Hikmah

2. Pembangunan bidang ilmu pengetahuan dan seni

· Terbitnya buku “seribu satu malam” yang dikarang oleh Mubasyir bin Fathil

· Lahirnya sarjana-sarjana mashur

· Banyaknya seniman-seniman berbakat

· Diciptakannya jam yang pertama di dunia

· Diciptakannya sistem irigasi air yang baik

· Terciptanya “mata air Zubaidah”

· Khutub khanah (perpustakaan) diperbanyak

· Dibangun menara peneropong bintang

3. kemajuan dalam bidang ekonomi dan sosial

· Didirikannya pabrik-pabrik

· Baghdad menjadi kota perdagangan yang besar

· Sebagian baiya di Baitul Mal digunakan untuk menanggung biaya narapidana dan pemberian sandang pangan pada musim panas dan dingin.

* Al Makmum (198-218 H/ 813-833 M)

Nama lengkapnya adalah Abdullah Abu Abbas Al Makmum, lahir pada tahun 170 H. ia diangkat menjadi khalifah yang ke II di zaman Harun Ar Rasyid, menggantikan Khalifah Al Amin.

Al Makmum di kenal sebagai khalifah yang arif dan bijaksana, berpengetahuan luas, baik dalam bidang agama, filsafat, dan ilmu-ilmu lainnya. Beliau masih berdarah Persia, karena ibunya keturunan Persia.

Kemajuan yang dapat dilihat dalam kekhalifahan Al Makmum, dintaranya:

a. Dibangunnya “Majelis Munazharat”, suatu lembaga perkumpulan sarjana muslim membahas ilmu pengetahuan

b. Dibentuk Korps Ulama

Adapun tokoh utama pada masa ini adalah:

1.Al Fazari, ahli astronomi

2.Abu Ali Al Hasan bin Haitam, ahli optika

3.Ibnu Hayyan dan Abu Bakar Zakaria, ahli kimia

4.Abul Hasan Ali Mas’udi, ahli geografi

5.Al Razi, Ibnu Sina, dan Al Faraby, ahli kedokteran dan filosof

6. Abu Raihan Muhammad Al Baiquni, ahli fisika

7.Imam Bukhori dan Imam Muslim, ahli hadits

8.Al Tabari, ahli tafsir

9.Ibnu Hisyam, ahli sejarah

10. dll

C.NEGARA ABBASIYAH

  1. Latar Belakang Berdirinya Daulah Abbasiyah

Pemerintah Abbasiyah adalah keturunan dari pada Al-Abbas, paman nabi Muhammad SAW. Pendiri kerajaan Al-Abbas ialah Abdullah as-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas dan pendirinya dianggap sebagai suatu kemenangan bagi idea yang dianjurkan oleh kalangan Bani Hasyim setelah kewafatan Rasulullah SAW, agar jabatan Khalifah diserahkan kepada Rasulullah kepada saudaranya.

Kekuasaan Dinasti Bani Abbas / Khalifah Abbasiyah, sebagai mana disebutkan melanjutkan kekuasaan Bani Umaiyyah. Kekuasaannya berlangsung sangat panjang, dari tahun 132 H(750 M) sampai dengan 656 H(1258 M).

Para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik menjadi 5 periode yaitu :

1. Periode pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Tpersia petama.

2. Periode kedua (232 H/847 H-945 M), masa pengruh Turki pertama.

3. Periode ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwih dalam pemerintah Bani Abbasiyah, dan disebut juga masa pengaruh persia kedua.

4. Periode keempat (447 H/945 M-590 H/194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah, biasanya disebut dengan masa pengaruh turki kedua.

5. periode kelima (590 H/1194 M-1258 M) masa Khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota bagdad.

Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para Khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Disisi lain, kemakmuran mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam. Pada masa Khalifah Al-Mahdi dan puncak popularitasnya baru baru setelah pemerintahan Harun Al Rasyid yang diteruskan oleh putranya Al Mahdi.

Pada masa ini pendidikan islam berkembang sebagai akibat dari dan merupakan jawaban terhadap tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan dan kemajuan-kemajuan budaya islam sendiri yang berlangsung sangat cepat. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan antara unsur - unsur yang berasal dari luar , yaitu dari unsur budaya Persia , Yunani , Romawi , India dan sebagainya. Kemudian dalam perkembangannya potensi / pembawaan islam tidak merasa cukup hanya menerima saja unsur dari luar itu, kemudian mengembangkannya lebih jauh, sehingga warna dan unsur – unsur islamnya nampak lebih dominan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.

Jarji Zaidan juga melukiskan pada awal sejarahnya ilmu – ilmu oslam berkembang dalam bidang qirqqh, tafsir dan hadis dan menyusul ilmu fiqih. Ilmu-ilmu tersebut terus berkembang sesuai dengan evolusi kemajuan masyarakat. Ilmu fiqih telah matang dan berhujam kaedah-kaedahnya pada masa daulah abbasiyah I, dan hadis pada zaman daulah abbasiyah II. Ditengah-tengah lahirnnya cabang-cabang ilmu islam yang lainnya mengiringi perkembangannya, filsafat dan ilmu-ilmu lama lainnya, sementara dalam zaman-zaman berikutnya tumbuh pula berbagai cabang ilmu lainnya.

Tumbuh dan kembangnya ilmu dan kebudayaan islam adalah karena adanya perpaduan antara unsur-unsur yang berasal dari luar, misalnmya : filsafat, ilmu-ilmu kauniyah yang berasal dari romawi, Yunani, Persia,India dan mesir. Para pemikir islam kemudian mengembangkannya lebih jauh dengan mengadakan penelitian – penelitian, ehingga timbul berbagai cabang ilmu seperti : Fisika, Biologi, Kedokteran, Farmasi, Kimia, Astonomi, Optika, Seni suara/musik, Mantiq (logika), Matematika dan sebagainya.

DR. Jujun Suriasumantri telah mendaftar sederetan cabang lmu pengetahuan yang telah dikembangkan sebagai hasil perkembangan ilmu pengetahuan kaum muslimin pada masa jayanya yang kemudian berangsur-angsur berpindah dari dunia Barat ialah :

a. Dalam bidang matematika , telah dikembangkan oleh para sarjana Muslim tentang teori Bilangan, Aljabar, Geometri Analisis, dan Trigonometri.

b. Dalam bidang Fisika, Mekanika dan Optika.

c. Ilmu Kimia, dalam ilmu Kimia.

d. Dalam bidang Astronomi, kaum muslimin telah memiliki ilmu Mekanika.

e. Dalam bidang Geologi, para ahli ilmu pengetahuan muslimin telah mengembangkan Geodesi, mineralogi dan Meterologi.

f. Dalam bidang Biologi, mereka telah memiliki ilmu-ilmu psikologi, Anatomi, Botani, Zoologi, Embriologi dan Pathologi.

g. Dalam bidang Sosial, telah pula berkembang ilmu Politik.

Dari segi Metodologi ilmiah, sebenarnya para sarjana Muslim telah pula mengebangkan metodologi yang dikembangkan oleh dunia barat sekarang. Pola pikir Rasional terhadap Filsafat Yunani antara lain oleh Al-Kindi (809-873 M), Al-Farabi (881-961 M), Ibnu Sina (980-103 M) dan Ibnu Rusydi (1126-1198 M).

Pada masa kejayaan inilah timbul semangat ijtihad dalam ilmu fiqih, dengan tampilnya imam-imam Mazhab : Hanafi, Maliki, Syafi’I dan lain-lain. Dalam bidang filsafat Skolasik, yang mengembangkan ilmu-ilmu Kauniyah tersebut diatas, tercatat nama-nama besar seperti yang telah disebutkan diatas tadi. Dalam Ilmu Kalam, Abu Hasan Al-Asy’ari, Abu Mansyur Al-Maturidi, Hasan Al-Bisri, wasil bin atha’ sehingga pada masa ini berkembang aliran-aliran seperti :

a. Qadariyah

b. Jadbariyah

c. Mu’tazilah

d. Ahlussunah Wal Jamaah.

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun al-Rasyid (786 -809 M) dan puteranya al-Ma’mun (813-833 M). kekayaan banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial. Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paliang tidah 800 orang dokter yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Pada masa pemerintahannya, terjemahan buku-buku ilslam digalakkan. Salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baiat al-Hikmah, pusat terjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar.

B. Khalifah – Khalifah yang Terkenal

1. Abu Ja’far Al-Mansyur (136-158 H / 754-775 M)

Dimasa pemerintahannya muncul tiga lawan politik yang sangat membahayakan dalam negerinya. Yaitu :

ü Abdullah Bin Ali

ü Abu Muslim Al-Khurasani

ü Golongan Alawiyin.

Pemerintahan Daulah Abbasiyah mulai dibangun jalur-jalur administrasi pemerintahan dari pusat sampai kedaerah-daerah diaturnya dengan rapi dan tertib. Beliau membangun kota Bagdad sebagai ibukota baru pengganti Damaskus. Menggiatkan para penjaganya untuk mengarang dan menterjemahkan buku-buku dari bahasa Persia, Yunani, dan Hindu kedalam bahasa Arab. Pada saat itu Bagdad menjadi pusat ilmu pengetahuan dan peradaban. Khalifah Al-Mansyur wafat pada tahun158 H (775 M).

2. Khalifah Harun Al-Rasyid (170-193 H)

Merupakan puncak kegemilangan pemerintahan Daulah Abbasiyah. Kemajuan – kemajuan yang terjadi adalah :

· Pembangunan fisik yang sangat pesat

· Pembangunan bidang IP dan seni.

Beberapa tokoh seni sasrta, yaitu :

ü Abu Nawas

ü Abu Atnian Ismail binQais

ü Ahmad bin Husain

ü Abdul aula Al-Muaru

ü Umar Khayyam

ü Rasyid bin Ishak

ü Ishak Al-Mausulli

· Kemajuan dibidang Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat.

Kahlifah Harun Al-Rasyid wafat tahun 193 H.

3. Kahlifah Al-Makmun (198-218 H)

Pada masa pemerintahannya dibangun Majlis Munazaat. Yaitu suatu tempat berkumpulnya para sarjan muslim untuk membahas ilmu pengetahuan.

Dibentuk pula Korps ulama yang anggotanya terdiri dari berbagai negara dan berbagai agama yang bertugas menerjemahkan, membahas, menyusun sisa-sisa kebudayaan kuno.

Tokoh-tokoh utama yang terkenal pada zaman Al-Makmun.

a. YahyaBin Aktslam At-tarmizi

b. Ahmad Bin Abu Daut Al-Mutazili/

Tokoh-tokoh dalam bidang filsafat yang terkenal adalah :

a. Alkhindi (796-873 M)

b. Alfarabi (872-920 M)

c. Ibnu Sina (980-1037 M)

d. Miskawain (932-1030 M)

e. Alghazali (1058-1111 M)

C. Kemajuan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

  1. Berkembangnya Lembaga-lembaga Pendidikan Islam

Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia islam sebenarnya telah berkembang lembaga-lembaga pemdidikan Islam yang bersifat non formal. Diantaranya :

a. Khuttab sebagai lembaga pendidikan dasar.

Khuttab atau Maktab, berasal dai kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. penduduk Makkah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab ialah Sufian ibnu Uamyah ibnu Abdu Syam, dan Abu Qais ibnu Abdi Manaf ibnu Zuhrah ibnu Kilt. Keduanya mempelajarinya dinegeri Hirah.

2. Pendidikan Rendah di Istana

Timbulnya pendidikan rendah di Istana untuk anak-anak pejabat. Di Istan orang tua murid (para pembesar di Istana) adalah yang membuat rencana pelajaran tersebut selaras dengan anaknya dan tujuan yang dikehendakinya. Guru yang mengajar disebut Mu’addib.

3. Toko-toko kitab

Pada masa ini toko-toko kitab telah berkembang fungsinya bukan hanya sebagai tempat jual beli kitab saja tapi juga tempat berkumpulnya para ulama, pujangga dan ahli-ahli ilmu pengetahuan lainnya yang berdiskusi, berdebat, bertukar fikiran dalam berbagai masalah ilmiah.

4. Rumah – rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan)

Diantara rumah ulama terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah Ibnu Sina Alghazali, Ali Ibni Muhammad Alfasihi, Ya’qub ibnu Killis, Wazir Khalifah Alaziz Billah Alfatmi, dan lain-lain.

5. Majlis atau salon Kesusuateraan

Adalah majelis khusus yang diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan.

6. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badawi)

Badiah-badiah ini merupakan sumber bahasa arab asli dan murni.

7. Rumah sakit

8. Perpustakaan( Bitul hikmah)

9. Masjid

Pada masa Bani Abbas dan masa perkembangan kebudayaan Islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha dilengkapi dengan berbagai macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan.

Posting Komentar

1Komentar

Please Select Embedded Mode To show the Comment System.*